Kematian.
"Tiap-tiap yang bernyawa akan merasakan mati. dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahala kalian (Q.S Al-Imran: 185)
Saya masih sadar
menulis ini. saya mengingat-ingat beberapa hari belakangan ini sering mendengar
tentang kematian. Baik kematian orang yang engga saya kenal sampai orang yang
saya kenal.
Sering terbesit di benak saya, gimana sih rasanya mati itu?
Kapan saya mati ya?
Ketika mati, banyak yang berduka dan merasa kehilangan saya
gak ya?
Seperti apakah keadaan saya ketika mati? Dalam keadaan yang
baik ataukah buruk?
Masih bisa berkomunikasi sama orang terdekat gak ya?
Bakalan masuk surga gak ya?
Dan masih banyak pertanyaan-pertanyaan di kepala saya yang
sangat gak masuk akal.
Saya sering diingatkan oleh ibu saya, kalau saat ajal
menjemput itu rasanya sakit banget bagi orang yang engga taat sama Allah swt.
bagi orang yang taat aja katanya rasanya masih sakit, apalagi bagi orang yang
gak taat. Saya langsung mikir..
Waduh, sholat masih suka nunda-nunda gini kayak gimana ya
nanti?
Waduh, masih sering ngumbar aurat gimana ya?
Waduh, masih sering ngebantah orang tua gimana ya?
Waduh, masih sering buat orang lain sakit hati secara
sengaja ataupun gak sengaja gimana ya?
Waduh, masih jarang sedekah gimana ya?
Waduh, masih suka berbuat dosa yang lainnya gimana ya?
Waduh, masih suka ngambil apa yang bukan haknya gimana ya?
Waduh, masih suka hura-hura, foya-foya gimana ya?
Waduh, jarang bahkan ga pernah nyentuh dan membaca Al-quran gimana
ya?
Waduh, sholat masih bolong-bolong gimana ya?
Waduh, sering ngutang sama temen tapi lupa bahkan sampai sok
lupa bayar gimana ya?
Waduh, masih suka ngehujat orang lain gimana ya?
Waduh, masih sering berbohong sama orang lain gimana ya?
Waduh, waduh dan waduh lainnya masih melintas di pikiran
saya. Pusing gak sih?
Ketika saya menulis tentang kematian aja pusing. Banget! Saya
masih belum siap kalau ajal menjemput saya karena saya sadar diri, amal saya
masih belum ada apa-apanya. Tapi malaikat pencabut nyawa engga bakal menanyakan
“apakah kamu siap? Kalau gak siap yaudah
siap-siap aja dulu”. Enggak. Kematian tidak memperdulikan kita siap atau
tidak.
Saya pernah berkhayal,
Kalau suatu saat nanti saya mati, saya ingin seluruh barang
saya bermanfaat bagi orang lain. Pakaian saya, buku dan novel saya ingin
disumbangkan ke orang lain yang membutuhkan.
Sebelum saya mati, saya ingin menyenangkan hati ibu, bapak,
mbak dan adik saya.
Sebelum saya mati, saya ingin sekali menonton konsernya Afgan.
Ingin sekali. Saya sangat mengidolakan penyanyi ganteng yang memiliki lesung
pipi di kedua pipinya ini semenjak saya SMP kelas 1. Begitu banyaknya kegagalan saya bertemu dan menonton performancenya.
Ketika saya mati, saya ingin sekali mati dalam keadaan yang
khusnul khotimah. Yang tidak merepotkan orang terdekat saya terutama keluarga. Pernah
saya berkeinginan kalau misalnya saya ini mati ya langsung mati saja, tidak
usah pakai sakit-sakitan yang membutuhkan biaya besar karena saya tau keluarga
saya bukanlah dari golongan atas.
Ketika saya mati, saya ingin sekali semua orang yang mengenal
saya mengantarkan saya sampai ke peristirahatan terakhir saya. Mendoakan saya
dan menjadikan mereka ingat bahwa kematian adalah salah satu bagian dari
mereka.
Itu beberapa khayalan saya. Tercapai atau tidak, saya
pasrah, saya ikhlas.
Saya pernah membaca sebuah novel yang diadaptasi dari kisah
nyata seorang pramugari lion air yang menjadi satu korban yang selamat ketika
jatuhnya pesawat lion air di Solo. Ia mengatakan, bahwa ketika ajal menjemput
kita tidak sempat memikirkan siapa yang kita benci atau yang membenci kita.
Seperti temannya, ketika pesawat sedang emergency ia menulis
sebuah catatan kecil bahwa ia menyayangi orang-orang terdekatnya.
Untuk itu, buat apa kita masih sibuk memikirkan orang yang
tidak menyukai kita? Buat apa menebar kebencian? Kalau bisa, kita berdamai
dengan mereka yang membenci kita. Karena sesungguhnya orang yang membenci kita
itu orang yang ingin mengenal kita lebih dekat lagi.
Ada kalimat yang saya ingat sekali,
Dunia ini hanyalah panggung sandiwara. Kita harus
menjalankan peran dengan sebaik-baiknya.
Kalimat diatas sangat saya tanamkan dipikiran saya. Kita diciptakan
bukan tanpa tujuan. Kita diciptakan untuk menjadi manusia yang berguna. Berguna
dalam hal apapun, terhadap siapapun.
Tulisan ini tidak bermaksud untuk menggurui, hanya curahan
hati dari perempuan yang masih menjalani proses menuju tujuan akhir.
Saya tau, semua manusia pasti akan merasakan yang namanya
kematian. Oleh karena itu, jangan pernah meninggalkan ibadah sesibuk apapun
kita, jangan pernah ragu untuk berbuat kebaikan, jangan menjadi orang yang gila
dengan kenikmatan dunia, jangan pernah takut berbuat kebaikan walaupun itu
bertentangan dengan apa yang kamu hadapi, jangan pernah merasa putus asa. Ingat
bahwa masalah yang sedang dihadapi pasti ada jalan keluarnya. Allah swt tidak
akan menguji hambanya diluar batas kemampuannya. Kalau kita sedang diuji, itu
berarti kita mampu..
Ingat! Syarat mati tidak harus tua.
Komentar